Jejakcantik.com- Traveling bukan sekedar membuang waktu dan menghambur-hamburkan uang, tetapi lebih untuk menantang diri dan mengenal diri lebih baik. Tidak ada salahnya untuk mencoba solo traveling. Tidak menakutkan, seperti yang dibayangkan. Quotes of the day, “Perjalanan untuk membuka pengalaman baru, hidup dan merasakan kehidupan lebih menyenangkan. Daripada menjadi robot dengan aktivitas yang menonton.” – Citra Pandiangan.
Pekan
lalu, Jejak Cantik bercerita mengenai perjalanan menuju Kawah Putih Bandung,
dan kali ini kisahnya dilanjutkan pastinya perjalanan pulang dari kawah putih
menuju tempat penginapan Jejak Cantik. Kisah ini memang terjadi di tahun 2014.
Ada kemungkinan rute ataupun harga berubah dari waktu ke waktu. Mobil dengan
gesit nya, eh supirnya memain kan setir-an
yang turunan yang terkesan “wew” mesti hati-hati, bisa dilalui.
Sepanjang mata memandang banyak tempat yang
bisa aku singgah-i terlebih dahulu, tetapi badan sudah terasa capai, dan lelah.
Apalagi cuaca yang benar-benar tidak bersahabat cuma bisa membuatku memandang
mereka sekilas, dan berharap suatu saat nanti, aku bisa menghampiri setiap
tempat yang ditawarkan.
Tidak lama berselang mobil pun akhirnya
memasuki terminal. Lagi-lagi, nasib baik menunggu ku. Pasalnya, sudah ada mobil
elf yang sudah nongkrong dan hampir penuh. Alhasil, karena aku datang terakhir,
aku mendapatkan tempat duduk paling belakang. Tak apalah, daripada menanti
lama. Mmmm masih jam 2an, sampai ke terminal Luewi Panjang diperkirakan jam
3an. Masih bisa mampir ke tempat sepatu yang terkenal itu di lokasi Bandung
Utara.
Namun kembali lagi niatan itu di urung kan,
karena begitu tiba lagi-lagi hujan dan apalagi ibu-ibu yang duduk disebelah ku
menawarkan bareng naik bis kota, kenapa tidak. Harga bis kota lebih murah
dibanding naik angkot. Lagipula memang cuaca tidak mendukung aku untuk ke
Cibaduyut melihat sepatu, plus aku memang tidak ada niatan membeli sepatu.
Jadi, ya sudahlah.. Mungkin, itu adalah keputusan yang tepat
Bus kota pun segera melaju dari area terminal,
bus nya memang lumayan besar dan harga jauh dekat di patok sama yakni Rp4000
sekali jalan. Namanya bus kota, otomatis neh, banyak pengamen dan penjual. Di
kota mana saja, dua hal ini tidak bisa dipungkiri untuk dihilangkan. Ironisnya,
ini pengamen nya anak yang masih berusia sekitar lima hingga tujuh tahunan.
Mereka berdua menari di dalam bus dengan iringan lagu “satu jam saja” walah,
demam dangdut pula ya.
Bus pun berlalu dan berganti pula pengamen dan
penjual serta penumpang. Serta akhirnya, aku pun turun di terminal ST Hall.
Pada saat melintas di kebon jati, aku melihat beberapa kuliner yang menurutku,
unik. Niatan hati pada saat itu mau turun, tetapi takut “nyasar” jadinya tidak.
Eh, ternyata area tersebut lumayan berjarak 300 meter dari terminal.
Otomatis, begitu turun aku pun mencoba
berjalan disertai gerimis mengundang ke lokasi yang membuatku “ngences” ingin
mencoba makanan yang ada disitu.
Not bad, begitu pikirku saat melihat lokasi
tempatnya yang nyaman. Harganya juga masih terjangkau cukup murah. Menu yang
disediakan hanya berupa mie. Karena nama restauran nya dan patung-patung yang
terpanjang sesuai dengan namanya mie gajah. Pilihannya beragam, jadinya aku
mencoba salah satu yang menurutku menggelitik keingintahuan ku. Apalagi rasa
lapar juga sudah menyertai ku seperjalanan ke terminal ST Hall.
Setelah puas makan, pengen mencoba dessert ice
cream durian yang lokasinya berjarak 100 meter dari mie gajah restauran. Ya aku
bertandang kesana, harganya juga masih masuk akal. Coba deh. Aku tidak mau
merekomendasikan tempat makan, karena selera orang berbeda. Kalau aku bilang
tidak enak, menurut kamu enak, aku bilang enak menurutmu tidak. Jadi lebih
baik, aku dan kamu berbeda selera hahaha. Tetapi tidak perlu kuatir,
banyak banget makanan dan restaurant
yang ada di Bandung.
Tidak perlu takut kelaparan, lantaran tidak
makan. Tapi beda cerita kalau tidak ada duit (ups, budget sedikit bukan berarti
kita harus puasa) Banyak makanan angkringan yang harga murah hingga mahal.
Serta harga murah di kedai juga banyak. Asal jangan lupa nanya dulu harga
makanan sebelum membeli, biar pada saat bayar tidak merasa “dirugikan” oleh
penjual.
Setelah kenyang, berjalanan kaki pulang ke
homestay, sambil pulang mengambil beberapa pictures perjalanan ke homestay siapa
tahu ada yang nanya bisa dijelaskan melalui foto. Karena sumpah dah, lumayan
masuk ke dalam pelosok. Berbeda dengan penginapan pertama ku yang di pinggir
jalan dan aksesnya sangat mudah ditemukan. Mandi dan nonton serial film yang
sudah terlanjur diikuti. Terus ZzzzZZzzz untuk mempersiapkan energy yang lebih
kuat lagi untuk keesokan harinya. Sebelumnya sudah pesan ke karyawan homestay
untuk mengantar makanan sekitar jam 06.30 WIB.
RUTE
KE KAWAH PUTIH
- Terminal ST Hall naik Angkot ke Terminal Luewi Panjang
- Terminal Luewi Panjang naik Elf ke Terminal Ciwidey
- Terminal Ciwidey bisa naik ojek atau Angkot Si Patenggang warna kuning
- (Minta diturunkan di Gerbang Kawah Putih, gerbang berada disisi kiri jalan)
OR
- Dari mana pun posisi kamu, pastikan dulu berada di Terminal Luewi Panjang O.K karena terminal ini satu-satunya akses bila menggunakan angkot ke Terminal Ciwidey …..
#3rd Days
Tidak terasa waktu berjalan cepat, aku
tertidur nyenyak sekali, jam 09.30 WIB saja sudah jatuh tertidur lelap. Tidak
peduli ponsel bunyi dan sebagainya. Bangun-bangun tanpa alarm juga sekitar jam
05.00, berdoa pagi sejenak. Lalu melanjutkan baring-baring sambil mendengarkan
music. Setelah mata bisa diajak kompromi dengan mata terbuka lebar. Hidupkan
laptop dan mendengarkan music sambil dah tak-tik-tak-tik-tuk ngetik; mengetik
di pagi hari memang nikmat sambil mendengarkan music. Tidak terasa bergelut ria
di depan computer jam sudah menunjukan pukul 06.10 WIB.
Langsung ambil handuk dan mandi dengan air
panas memang nikmat. Rasanya enggan tuk keluar dari kamar mandi hahaha, sindrom
terpesona dengan nikmatnya kehangatan. Memang benar air panas itu bisa
mencairkan kelelahan tubuh dan menyegarkan badan tentunya. Rasa kantuk dan
malas pun berganti menjadi semangat 2014 untuk menyongsong 2015. Tidak terasa
hari ketiga perjalanan mencari kenikmatan yang “tersembunyi” dalam bingkai alam
yang terbuka.
Pada saat keluar dari kamar mandi, di lantai
dua petugas penginapan sudah berdiri di depan pintu. Ya, apalagi kalau bukan
mengantar sarapan yang semalam aku pesan untuk diantar lebih awal. Sarapan pagi
sangat penting untuk menunjang perjalanan dan energy untuk kesehatan tubuh.
Kali ini perjalananku ingin menikmati wilayah Bandung Utara yakni Takuban
Perahu, Ciater, Kebun Strawberry dan pastinya air terjun. Begitulah perencanaan
yang dibuat dengan penuh semangat tiada tara.
Sambil sarapan mempersiapkan dan memperhatikan
jangan sampai ada yang ketinggalan barang satu pun. Bisa repot jika tidak
membawa barang. Badan sudah segar, barang sudah OK. Kaki pun segera melangkah
pergi meninggalkan penginapan, hari ini sepertinya pagi masih memihak padaku.
Lantaran bus Lembang pun sudah tersedia dengan beberapa penumpang di dalamnya.
Aku pun segera naik, dan bus pun berangkat tepat di pukul 07.50 WIB. Bus melewati
Jalan Pasir Kaiki, nah menurut kabar burung disini juga ada penginapan murah
untuk style backpacker.
Mobil melaju seperti “Siput” tetapi lebih
baik. Tiba-tiba brak, terlihatlah adegan yang membuat jantung turut “terkejut”.
Terjadi tabrakan, ini sudah kedua kalinya dalam tiga hari di Bandung melihat
tabrakan. Kemarin pada saat pulang dari Kawah Putih menuju Terminal Luewi
Panjang, terjadi tabrakan dimana korbannya yang kurang hati-hati ibu yang
membawa anaknya, menyalip tetapi kurang tepat, sehingga menyenggol badan mobil
dan membuatnya oleng alias terjatuh bersama motor dan anaknya juga menangis.
Untunglah warga setempat sergap dan segera menggendong anak yang menangis dan
menolong sang ibu yang duduk menangis di jalan.
Kali ini berbeda, dua-duanya bisa dikatakan
salah. Lantaran kali ini motor dengan motor. Mereka sama-sama melaju dengan
kencang dan saling menyalib dari arah berlawanan dan akhirnya bertemu “untuk
saling sapa” pecahan lampu motor pun berterbangan. Padahal saat itu lalu lintas
sangat padat, untung saja ini mobil yang aku naiki berjalan ala “siput” jika
tidak bisa terjadi tabrakan beruntun dan membuat rencanaku berantakan karena
ulah seseorang yang tidak bertanggungjawab. Seharusnya dilarang saling
mendahului, jika tidak ingin CELAKA. Apalagi pada saat kondisi jalan ramai.
Nyawa kita Cuma satu oi, karena kita bukan “kucing” yang memiliki Sembilan
nyawa. Biarlah kejadian tabrakan itu berlalu dan meninggalkan sedikit
kemacetan.
Tralalala, mobil ini pun segera melaju dan
tidak lama kemudian, sang ibu yang duduk di depan pun turun. Aku segera saja
pindah ke depan untuk bisa melihat jalan lebih baik lagi, sambil ya memastikan
pak supir bahwa aku diturunkan di Bosscha, gerbang Bosscha, bukan Jalan Bosscha
yang dekat dengan RS Hassan Sadikin ya. Itu pun baru tahu dari bapak supir yang
berbaik hati menjelaskan.
Sekilas info dulu ah, ini mobil melewati Jalan Pasir Kaiki, RS Hassan Sadikin, Jalan Sukajai, simpang dago chimpales, Jalan Setiabudi, Unpas, Upi (Ini Pendidikan Indonesia) dan Terminal Ledeng. Banyak hal yang unik memang yang mengiringi perjalananku. Saat menuju ke Bosscha, kali ini seorang penumpang wanita yang ku perkirakan berusia 55 tahun keatas, dia tidak bisa membayar angkot yang dia naiki (angkot yang aku berada di dalamnya donk, masa aku di tempat lain bisa tahu kejadian ini, aku kan bukan super girl).
Wajahnya langsung merah merona,
bukan karena pakai produk kecantikan yang diiklankan di TV tetapi karena malu,
lantaran dompetnya tidak terbawa. Bapak supir ini lagi-lagi berbaik hati dan
mengikhlaskan penumpang tersebut untuk tidak bayar. Usut punya usut ternyata
modus seperti ini sudah sering terjadi. Namun, kata bapak supir itu lagi, cara
membedakannya dengan gelagat dan wajah yang tidak bisa dibohongi, karena aura
malu beneran dengan pura-pura berbeda. Begitu penjelasan pak supir.
Brem brem brooommmmm mobil pun kembali melaju,
oh ha, rupanya mobil ST Hall – Lembang ini tidak masuk ke dalam terminal
Ledeng, melainkan di luarnya saja. Sekarang, aku sudah berada di “Lembang Atas”
perbatasan antara Lembang Bawah dan Atas adalah UPI. Itu juga lagi-lagi bapak
supir yang memberikan info, akhirnya kau tiba di terimal Ledeng sekitar pukul
08.25 WIB, wow perjalanan yang sangat panjang ya.
Pantesan, badanku pegal semua. Duduk
berlama-lama di angkot memang capek, sama seperti duduk berlama-lama dibelakang
meja tanpa beranja dari tempat duduk. Pantesan saja, banyak majalah memberikan
tips singkat untuk berolahraga di kantor agar tetap sehat dan eksis di kantor.
Oh ya, tidak perlu takut untuk angkot ke Lembang lumayan banyak, jika
dibandingkan angkot ke Terminal Ciwidey. Karena banyak angkot yang
“berseliweran” Jadi tidak perlu kuatir, ini akses mudah untuk ditempuh.
Sebelum tiba di gerbang bosscha, kembali lagi
ini mobil melewati Jalan Supratman, Jalan Dr Setiabudi, Jalan Raya Lembang. Oh
ya, di sekitar Lembang atas ini juga banyak penginapan lho sepanjang mataku
memandang dan sungguh elok untuk menginap di daerah sini. Karena hawanya yang
sejuk plus mendapatkan akses view pergunung-an yang menawan hati, seperti
berada di puncak “kejayaan” hati.
Pantesan orang mengatakan mata duitan saat
melihat duit mata menjadi hijau. Ya, karena melihat duit segepok pasti mata
jadi “hijau” alias segar. Nah, ini sangat pas banget digambarkan seperti itu.
Akhirnya aku tiba di gerbang Bosscha tepat pukul 09:10. Oh iya, Jejak Cantik
membaca artikel di website teman Jejak Cantik, sista Maria mengenai temankantor yang egois, sepertinya sistsa Maria butuh liburan deh. Biar, suasana
hati berubah dan ada semangat untuk kembali bekerja.
Fill your day with love and step beauty feet
Fun Time it's you......
Jadilah orang pertama yang berkomentar!
You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Smile and Lovely Day