Jejakcantik.com- Hai pembaca setia Jejak Cantik, kali ini aku beneran ingin berbagi kisah dan pengalaman aku sewaktu solo traveling dan saat ini sudah memasuki episode eh bagian kedua. Semoga pengalaman ini bisa memberikan inspirasi untuk melakukannya sendiri. Quotes of the day, “Hidup hanya sekali, nikmati hidup dan rasakan pertualangan dalam hidup; tanpa merasa beban dan takut.” – Citra Pandiangan.
Minggu lalu, sudah memasuki area untuk
menginap di hostel yang ada di Jalan Braga, Bandung. Seperti apa ya, pengalaman
aku pertama kali menginap di hostel ini? Mau masuk ke Chezz Bon Hostel butuh
dikit perjuangan. Karena masih dalam “status perbaikan jalan” jadi sepanjang
jalan arah kanan kalau melawan arus dalam proses pembongkaran badan jalan.
Jadinya harus melewati “papan” penyeberangan. Begitu melihat koridor nya, ruang
bawah tidak terlalu besar, hanya sebesar koridor yang hanya bisa muat satu
arah. Disitu ada tulisan sekuriti, tetapi tidak ada bapak yang berseragam putih
yang duduk. Alhasil saya harus naik ke atas untuk mendapatkan informasi lebih
jauh lagi.
Naik-naik ke puncak gunung, eh ke puncak lantai
dua yang membutuhkan beberapa ekstra tenaga yang sudah terkuras melawan arus
lalu lintas yang padat di Jalan Braga. Viola, aku sampai juga dan bertemu
mbak-mbak hitam manis yang cantik. Dia bertanya, saya menjawab sabar ya mba,
numpang duduk dulu, (nyambung banget gak seh, dia nanya apa ada yang bisa
dibantu, hahaha) Masa Cuma numpang duduk.
Blussss pantat pun saya darat kan di bangku
yang tidak terlalu empuk, tetapi lumayan bisa diduduki. Setelah beberapa menit
dan mengumpulkan nafas yang ada, Kemudian, saya pun mendatangi meja
resepsionis, bertanya apakah masih ada ruang kosong. Ternyata masih ada
beberapa ruangan kosong, aku memilih shared room, karena harga untuk itu yang paling
super damper murah di hostel ini yakni Rp120.000,00 per night (tahun 2014),
sudah termasuk sarapan pagi.
Saat memasuki kamar dan dikasih kunci locker
untuk barang, benar-benar seperti memasuki asrama. Karena ada sepuluh tempat
tidur tingkat, dan masing-masing tempat tidur dikasih lampu baca, dan tempat
untuk charger barang elektronik. Lumayan adem karena posisi tempat tidur ku
dekat AC. Ya harga segitu tentu saja sebanding dengan apa yang kamu dapat. Kebetulan
kamar tersebut terisi lima orang, jadi kami berenam di kamar tersebut. Begitulah
kira-kira pengamatan ku sekilas mengenai ruangan yang kumasuki ini.
Jam sudah menunjukan pukul 02.10, saat aku
berada di ruangan yang sunyi itu. Aku putuskan untuk mandi dan beristirahat
sejenak. Membaringkan badan yang penat di kasur dengan sprei warna putih
benar-benar nikmat, asal tidak membayangkan bangsal rumah sakit saja haha, jadi
kagak asyik jadinya. Baring berbaring sungguh asyik. Apalagi ditemani dengan
ponsel buntut kesayangan sambil ngecek-ngecek social network dan email, eksis
tetap nomor satu bukan? Aku dan kamu beda, aku bisa hidup tanpa mu, tetapi aku
tidak bisa hidup tanpa ponsel ku hahaha, charger dulu.
Menelusuri
Asia-Afrika hingga Alun-Alun Kota
Jangan buang-buang waktu, begitu pikir ku saat
melihat ponsel sudah penuh. Mari melanjutkan petualangan mencari kesenangan
dengan sensasi yang berbeda. Bukankah hidup itu sudah complicated kenapa mesti
dibuat susah. Kaki pun berjalan menelusuri jalan yang masih melawan arus hingga
tiba di Gedung Asia-Afrika. Mencoba untuk masuk, wah sayang banget yang ada
gedungnya tutup hari Senin, hanya perpustakaan Asia-Afrika saja yang buka. Tidak
apalah masuk dan melihat-lihat sekitar, banyak buku yang terpanjang di rak-rak
buku tersebut.
Berbincang-bincang dengan penjaga
perpustakaan, lalu disarankan deh mencoba menggunakan computer yang tersedia
empat unit dengan adanya akses internet jika beruntung. Rupanya dewi fortuna
masih baik-baik-baik banget, internet nya terkoneksi. Browsing-browsing sejenak
sambil ngademkan badan dan melihat peluang kemana sehabis dari perpustakaan
ini. Baiklah mari kita ke alun-alun kota Bandung.
Nah, kakiku menelusuri jalan Braga dan mentok
kesebelah kanan. Ada tulisan gedung Sate, ini juga gedung peninggalan zaman
Belanda bukan? Maaf, saya tidak terlalu “demam” sama sejarah, tetapi mataku
sangat menikmati bagunan kuno. Kaki pun terus melangkah dan tralalala-lala
hatiku gembira, aku tiba di alun-alun kota Bandung. Ih, sebel.. lagi-lagi sebel
hehehe, bagi turis local seperti aku yang tidak bisa menginjakkan kaki ke
alun-alun, padahal perjalanan jauh banget lho, kan pengen menikmati suasana sore
hari di alun-alun.
Tetapi ya sudahlah, karena pemerintah setempat
masih giat membangun. Berarti bagus dong untuk meningkatkan pencitraan dan juga
pastinya menarik wisatawan untuk menikmati setiap seluk-beluk kota Bandung. Di
dekat alun-alun tersedia ruang informasi, nah kebanyakan neh yang datang ke situ
adalah turis mancanegara. Mana neh turis lokalnya, tidak seru donk kalau
bertandang ke kota orang tanpa melihat peta setempat, walaupun sudah tahu
wisata apa saja yang tersedia. Nurani jurnalis masih tersimpan di hati, masuk
deh ke dalam ruangan tersebut. Bapak yang menjaga aja sampai terkejut dan
sampai Tanya tau dari mana lokasi ini. Nah, lho.. Jadi giliran aku yang
terbengong-bengong, dari bacaan diatas yang bertulisan “Ruang Informasi Kota
Bandung.” Tidak asyik, jika tidak berbincang-bincang sejenak.
Nanya-nanya deh, siapa saja yang datang
kemari. Bapak petugas, maaf lupa nanya nama, karena bukan jurnalis lagi jadi
tidak butuh nama hahaha. Beliau bilang kebanyakan turis mancanegara, hari ini
saja (1 December 2014) tercatat sebanyak belasan ataupun puluhan turis yang
datang. Bahkan pernah dalam sehari sampai 20 hingga 30 orang, wah bagus donk.
Itu berarti Indonesia sudah menjadi tempat yang diperhitungkan dunia. Masih
berlanjut ala wawancara neh, menanyakan mereka ke sini (bacanya ke tempat ruang
informasi), ya seperti biasa, mereka kebanyakan menanyakan hotel murah untuk
backpacker dan juga menanyakan makanan, khas Bandung yang murah dan enak.
Hihihi, ternyata bukan hanya aku saja yang suka murah, enak dan sehat, orang
bule aja suka yang begitu, masa kita enggak. Dengan berbekal informasi bapak
itu pun memberitahukan kepada setiap yang nanya dan menyarankan bagi turis
mancanegara untuk makan di restaurant atau warung makan, soal rasa tiap orang
tentu berbeda. SETUJU Pak, belum tentu rekomendasi bapak, saya suka hehehe.
Paling uniknya yang buat saya tersenyum, masih
ada aja tuh yang menanyakan kamar dibawah 50.000 IDR, idih mana ada di tahun
2014-2015 harga kamar dibawah 50.000 paling murah juga Rp80.000-an itu pun
sudah super damper jarang banget didapat. Cukup dah informasi yang didapat,
kaki pun berlanjut melangkah kan kaki menelusuri jalan terusan.
Asyik banget jalan-jalan santai, seorang diri.
Benar-benar bebas dan bisa menikmati dan melihat semuanya dengan puas. Kurang
lebih mungkin sekitar 150 meter, ada lorong sepatu dan tas. Karena memang
produk tersebut yang terlihat di dekat pintu masuk pasar itu. Saya lihat-lihat,
ada sepatu yang ditaksir, sayang nego harganya tidak dapat. Ya sudahlah, belum
rejeki hahaha. Tapi hemat lho, saya nguping, eh dengar tidak sengaja, mereka
ada punya grup di BB. Terus beberapa mbak-mbak yang datang berbelanja selalu
menunjukan foto dulu dari BB-nya untuk barang yang mereka cari. Seru ya!!!
Thank you for the good technology if you used it for the good way of course.
Jalan-jalan sudah, cuci mata (window shopping,
gitu maksudnya bukan matanya dicuci pakai sabun. Aduh mah itu perih) sudah.
Perut lapar bingo, cari makan nggak ada yang terkesan di lokasi tersebut. Saya
balik arah, lantaran takut tersesat. Saya lihat di dekat alun-alun ada yang
jual makanan pinggir jalan, saya coba deh kesana. Ada mie aneh yang belum
pernah aku dengar, bodohnya aku, kenapa aku tidak tanyakan harga dulu untuk semangkuk
dan mie itu. Rupanya itu mie berisikan mie, bakso, kulit sapi ya, apa ya
namanya koq aku jadi lupa… mmmmmm kikil. Ya kikil, duh makanan kali ini tidak
aku rekomendasi dah. Lebih baik pilih makanan di warung atau restaurant ya.
Sudah hampir magrib, aku pun bergegas kembali
menelusuri jalan yang tadi aku lalui. Jangan heran, ini kendaraan sama seperti
di Jakarta kagak pernah sepi dan tidak mau mengalah sama pejalan kaki. Meskipun
kami menyeberang nya di zebra cross. Mereka tau gak sih guna nya zebra cross
itu apa, sepertinya SIM (Surat Izin Marriage eh Mengemudi) nembak kali ya,
buktinya tidak ada yang berhenti. Ya sudah ala preman aja, maju terus pantang
mundur. Padahal penakut nya ampun-ampun kalau urusan menyeberang, takut kalau
ada mobil atau motor yang demen dekat sama aku (alias nabrak kali) kan bisa
repot.
Kembali ke hotel, rehat-rehat dulu ya. Mandi
dan bersantai, mengetik blog ataupun cerita dan akhirnya tertidur.
Bangun-bangun sudah jam 08.00, perut pun sudah bernyanyi. Lapar, tapi mandi
dulu biar segar. Karena tinggalnya di backpacker hostel, sekilas dikit tentang
penginapan ini ya, di dalam kamar yang berisikan 10 tempat tidur tingkat
berarti ini kamar untuk kapasitas 20 orang, kamar mandi nya cuma satu yang
didalam, plus di dalam hanya tersedia cold water. Jika ingin air panas, berjalanlah
sedikit menuju meja resepsionis; Karena disitu tersedia kamar mandi dua dan dua
toilet, plus hot shower. Mandi hot shower itu butuh waktu lama.
Sebab badan yang lelah dan pegel itu, terasa
segar saat air panas membasahi badan. Ampun, penat dan pegal yang tadi terasa
itu mendadak kabur tanpa jejak. Mandi yang bersih sudah, jam pun sudah
menunjukan pukul 08.30. Niat mencari makan tertunda dulu, karena salah satu
serial televise yang udah terlanjur diikuti. Apalagi cuma 30 menit doank. Duduk
manis di depan resepsionis sambil nonton. Di ruang tunggu itu juga terdapat
bule Prancis yang sudah lama stay disitu dan bahasa Indonesianya bagus, dia
sibuk eksis foto “six pack-nya” di social media. Padahal kagak six pack la,
badan kurus kerempeng tapi perut rada maju kedepan (bacanya buncit, bukan makbun
(emak bunting) cakap orang Melayu).
Ini ibu-ibu satu ini yang notaben nya sudah
seminggu lebih stay di penginapan tersebut yang menikah sama orang Belanda,
pelitnya ampun-ampun dah. Maaf, bukan bergosip tapi masak beli es cendol
kemarin di makannya sekarang, basi, dia nanya bisa di balikan kagak? Ampun dah,
serukan. Banyak hal-hal unik yang bisa kita dapati, jika kita mau keluar dari
“zona aman dan nyaman.” Kebetulan, aku juga orangnya suka jalan-jalan, tetapi
dengan system yang praktis, menggunakan jasa travel agent untuk booking hotel
dan mobil rental selama berjalan-jalan di salah satu tempat kunjungan. Kali ini
semuanya dikerjakan sendiri dan ada keasyikan dan kepuasan tersendiri.
Jika kita jalan sama teman-teman, tentunya
kita tidak bisa melihat hal-hal yang berbeda dan memiliki beragam cerita unik.
Karena pasti kita hanya terfokus pada seputar teman. Sekali-kali “membebaskan”
diri dari zona friend tidak ada salahnya, petuah bijak dariku. 30 menit
berlalu, tidak jadi nonton deh. Karena asyik nak dengar cakap ibu ini. Ibu ini
juga menawarkan untuk mengajak gabung jalan-jalan menyewa mobil. Kebetulan juga
ibu ini mendengar ada dua perempuan asal Malaysia menyewa mobil untuk
berkunjung ke Takuban Perahu. Ibu ini mengajak aku untuk joint dengan mereka,
dia mencoba untuk bernegoisasi dengan wanita tersebut.
Alhasil, aku sudah bisa menebak dari awal.
DITOLAK! Tentu saja, zona friends. Mereka merasa tidak nyaman jika pergi dengan
orang asing, mereka lebih suka berada di zona friends, jadi bebas berbicara dan
bersenang-senang cekakak-cekikik itulah tujuan mereka berwisata berdua dengan
temannya. Idih, ibu-ibu ini ada-ada aja. Menelusuri Jalan Braga di malam hari.
Rada berbeda, karena tidak ada petugas galian dan kendaraan tidak terlalu
padat. Plus, suasana malam tidak membuat mata silau, tapi suasana yang bising
dengan suara kendaraan tabf silih berganti, tercampur dengan suara beberapa
live music yang disuguhkan di beberapa tempat makan atau café yang ada di Jalan
Braga.
Pengen masuk ke salah satu café tersebut tapi
lihat banyak wanita berpakaian seksi, jadi tidak jadi deh. Kalau pergi
sendirian di café dengan live music tersebut entar dikiranya mencari “mangsa”
ogah dah. Seru memang berjalan di jalan Braga di malam hari, terus tidak perlu
takut kelaparan karena banyak makanan yang bisa dipilih mau makanan manis
seperti cake, ice cream tersedia. Makanan ala Indonesia hingga makanan yang
sudah dipadukan ala barat juga ada. Harganya relative bisa dijangkau pakai duit
bukan tangan.
Menikmati makan malam di salah satu café yang
ada di Jalan Braga, puas keliling-keliling. Akhirnya balik ke hotel dan
melanjutkan mimpi indah. Sayang di sayang, karena kelelahan dan juga masih
belum terbiasa tidur ramai-ramai dengan orang asing membuat mata ini susah terpejam.
Jangan-jangan ah pikiran buruk tuh harus dibuang, kebanyakan baca horror kali
ya. Akhirnya tertidur dan terkejut, karena suara bising dari tempat tidur
sebelah.
Dua orang temannya mencoba membangunkan
kawannya yang tertidur lelap dengan berbagai cara. Alhasil, selamat malam
burhan (burung hantu) jam masih berada di angka 1. Idih, tidur ku terganggu.
Padahal niatan hati besok mau bangun jam 5 untuk melihat air terjun sebelum
beranjak check out dan mencari penginapan lain untuk referensi lain juga. Biar
pembaca bisa membandingkan juga sih.
To be continue ya guys
Fill your day with love and step beauty feet
Fun Time it's you......
Jadilah orang pertama yang berkomentar!
You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Smile and Lovely Day