Melestarikan Cagar Budaya Indonesia di Pulau Penyengat
Jejakcantik.com-Liburan memang menyenangkan! Liburan dapat ilmu?
Kenapa tidak! Kita bisa mendapatkan semuanya, tentunya kita harus meninggalkan
jejak cantik di tempat yang menyenangkan. Pantai memang selalu menjadi tempat
liburan yang didambakan setiap orang; tetapi liburan ke tempat bersejarah, juga
tidak kalah serunya. Quotes hari ini, “Orang tanpa pengetahuan tentang sejarah
masa lalu, asal-usul dan budaya mereka seperti pohon tanpa akar.”- Marcus Garvey.
Pernahkah
kalian berpikir ketika masih kecil, kita memiliki mainan yang menjadi
kesayangan. Pernahkah terbayang, rindu
akan masa kecil dan sebagai pengobat rindu. Ingin memiliki mainan pada saat
masih kecil? Namun, ketika dicari diberbagai toko, sudah tidak pernah
ditemukan. Lalu bagaimana dengan cagar budaya, pernahkah kalian berpikir apa
yang akan kita tinggalkan kelak pada generasi penerus? Jika kita tidak peduli
terhadap cagar budaya yang ada di sekitar kita?
Kita
terlahir karena sejarah, dimana kedua orangtua kita berjumpa; mereka
menceritakan kisahnya. Dikemudian hari akan diceritakan sisilah keluarga.
Tentunya, kita mengharapkan hal yang sama terhadap cagar budaya yang ada di
Indonesia. Bahkan, turis asing pun datang ke Indonesia, karena peninggalan zaman prasejarah yang unik, serta
kebudayaan dan pastinya alam yang mempesona. Bagaimana dengan kita? Apa yang
kita pikirkan mengenai sejarah pada masa lampau; Pilihan apa yang akan kita
ambil, ketika ditanya cagar budaya rawat atau musnah? Ada berapa banyak cagar
budaya di Indonesia? Apa saja yang bisa dikategorikan cagar budaya?
Sayangi, Ketahui Mengenai Cagar Budaya Indonesia
Sebelumnya,
yuk kita pahami apa yang dimaksudnya dengan cagar budaya. Cagar budaya
merupakan warisan budaya dan aset bagi Bangsa Indonesia. Dimana bersifat
intangible yang mencerminkan nilai
sejarah, estetika, ilmu pengetahuan, etnologi, dan keunikan.
Dari tahun
2013 hingga tahun 2019 jumlah pendaftaran cagar budaya sebanyak 96.352. Setelah
melalui verifikasi, terdata 48.947. Sedangkan berdasarkan data rekap rekomendasi
sebanyak 1.619. Berdasarkan data dari website cagarbudaya.kemdikbud.go.id cagar
budaya di bagi menjadi 5 kategori yakni Benda cagar budaya, bangunan cagar
budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya.
Tentunya, bagi kita yang awam mengenai sejarah pasti membingungkan bukan?
Biar tidak
bingung mari kita menilik cagar budaya benda
diantaranya: Naskah Proklamasi Kemerdekaan, berada di DKI Jakarta; Arca
Pranjnyaparamita, berada di DKI Jakarta,
Mahkota Sultan Siak Sri Indrapura juga berada di DKI, dan lain-lain. Sedangkan
cagar budaya bangunan antara lain:
Gedung museum sumpah pemuda, berada di DKI
Jakarta, Gedung Kebangkitan Nasional berada di
DKI Jakarta, dan sebagainya. Sementara cagar budaya kawasan
yakni Monumen Nasional ada di DKI Jakarta, Prambanan berada di Jawa Tengah,
Borobudur berlokasi di Jawa Tengah, Perigi Putri terletak di Kota Tanjungpinang, dan masih banyak lagi. Untuk
kategori cagar budaya struktur
diantaranya: Ponten Mangkunegran VII di Jawa Tengah, Jembatan Kota Intan di DKI
jakarta, Makam Syekh Abdul Hamid di Kalimantan Selatan. Terakhir, cagar budaya situs diantaranya Kompleks Makam Tuan
Titah di Sumatera Barat, Batu Batikam di Sumatara Barat dan sebagainya.
Diatas
adalah sejumlah contoh cagar budaya berdasarkan kategori. Ayo, kalian sudah
pada kemana saja? Sejujurnya, aku baru sedikit menginjakan kaki di cagar budaya
yang ada di Indonesia. Dulu, aku sama seperti kalian tidak peduli dan bahkan
tidak ada keinginan menginjakan kaki di situs, kawasan maupun melihat benda
peninggalan sejarah. Hal itu terkesan kuno dan ketinggalan zaman. Padahal masa
lalu, dan masa sekarang lah yang bisa membentuk diri kita menjadi seperti apa
di masa depan.
Jika
menilik masa lalu, ada beberapa tempat bersejarah yang pernah aku kunjungi. Hal
itu dikarenakan sangat terkenal dan aku merasa ada keinginan untuk melihat, mengabadikan
momen seperti mereka. Meskipun belum banyak, namun aku sudah merasa senang. Walaupun,
pada awalnya hanya sekedar ikut-ikutan eksis dan memiliki dokumen di tempat “famous” atau yang masuk bagian wajib
dikunjungi; Ketika liburan di suatu daerah seperti Bandung, Jalan Braga
yang terkenal sebagai tempat spot photo keren. Sebab, bangunan gedung pada masa
Belanda; Jawa Tengah sudah tidak asing lagi untuk kawasan Prambanan dan
Brorobudur yang terkenal hingga pelosok dunia. Jakarta, masa ke ibukota tidak
berkunjung ke icon yang terkenal
seperti Monumen Nasional dan bahkan kota tua yang sekarang menjadi lebih
terkenal; dengan penyewaan sepeda ala nona Belanda. Beserta bangunan megah dan
kuno ala arsitektur Belanda. Bali, aku juga baru tahu kalau goa gajah di Bali, yang lokasinya berada di Desa Bedulu, Kabupaten Gianyar merupakan situs cagar budaya.
Meskipun baru tahunya belakangan ini, tetapi ada rasa senang, aku pernah
berkunjung ke situs cagar budaya yang ada di Bali.
Namun, kali
ini aku tidak menceritakan mengenai pengalaman aku liburan ke goa gajah.
Melainkan cagar budaya yang ada di kota tempat aku menetap saat ini. Sebagai
Ibukota Kepulauan Riau, Kota Tanjungpinang memiliki kawasan cagar budaya yakni
di Pulau Penyengat. Ada banyak kisah sejarah yang menjadi bukti bawasanya Pulau
Penyengat merupakan saksi sepak terjang kerajaan Riau.
Berdasarkan
itulah, keluar surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
112/M/2018 tentang Kawasan Cagar Budaya Pulau Penyengat sebagai Kawasan Cagar
Budaya Peringkat Nasional. Sesuai dengan Pasal 45 Undang Nundang Nomor 11 Tahun
2010 tentang Cagar Budaya Peringkat Nasional. Dimana Kawasan Cagar Budaya Pulau
Penyengat ini memiliki luas lahan sebesar 91,15 hektar.
Apakah
menarik mengunjungi Pulau Penyengat yang harus dilalui dengan kapal tradisional?
Dimana mereka menyebutnya kapal pompong, perjalanan menggunakan kapal
tradisonal kurang lebih 15 menit dari Kota Tanjungpinang. Jawabannya sangat menarik.
Bisa dikatakan ada banyak kisah dan spot photo, ketika menginjakan kaki di
Pulau Penyengat. Kita bisa membayangkan pada masa kerajaan Riau terdahulu. Bagaimana mereka mendirikan masjid yang hingga saat ini masih kokoh. Apalagi gaya bangunan maupun arsitektur Masjid Raya tersebut memadukan gaya Melayu,
Arab, India dan Turki. Pasalnya, sampai saat ini bentuk bangunan Masjid
tersebut belum pernah dirombak, hanya di cat kembali. Tanpa merubah struktur
bangunan, sangat mengagumkan bukan?
Masjid ini dihgunakan pada masa kerajan Riau untuk beribadah dan hingga saat ini
masih digunakan untuk umat Muslim
beribadah. Tidak heran, bangunan Masjid
Raya tersebut masih kokoh dan terawat. Masjid inilah yang masih menjadi icon terkuat Pulau Penyengat dalam
menarik wisatawan lokal, maupun mancanegara untuk berkunjung ke Pulau
Penyengat.
Selain
Masjid Raya yang kononnya dibangun dari putih telur itu, masih banyak terdapat
unsur sejarah kerajaan Riau. Dahulunya, Pulau Penyengat ini menjadi bagian terpenting
dalam perang kerajaan Riau melawan VOC/Belanda
(1782-1748); yang berakhir dengan gugurnya Raja Haji Fi Sabillah. Bisa
dikatakan, pada masa Kerajaan Riau terdahulu, Pulau Penyengat ini
merupakan benteng pertahanan Raja Ali Haji
dalam masa perang melawan Belanda.
Hal itu
masih bisa kita lihat ketika melakukan tapak tilas ke bukit kursi. Walaupun
bangunan bentengnya sudah tidak ada, tetapi masih terlihat bekas berdirinya benteng tersebut. Ketika kita berada diatas dan melihat meriam yang masih kokoh menghadap lautan. Bisa kita bayangkan, pada masa itu, mereka mengintai musuh dari bukit kursi ini. Tidak hanya
dari segi sejarah masa Kerajaan Melayu saja. Namun, bisa dikatakan bahasa
Indonesia berawal di Pulau Penyengat. Sebab, Pulau Penyengat menjadi pusat
beradaban Melayu di bidang bahasa maupun kebudayaan. Hal itu terlihat dari goresan
pena Raja Ali Haji yang menghasilkan karya berupa Kitab Bustan Al-Katibin, buku
tata bahasa Melayu dan berupa pantun "Gurindam Dua Belas." Karya-karya Raja Ali Haji inilah yang menjadi dasar
dan sumber pengembangan bahasa Indonesia dan juga pengembangan dunia sastra
Melayu dan Indonesia.
Sebagai
kawasan yang menjadi saksi sejarah perjalanan Kerajaan Melayu, Pulau Penyengat
memiliki peninggalan budaya atau tapak-tapak sejarah penting. Beberapa objek
yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya berjumlah 46 diantaranya: Tiga benteng
dan satu kubu pertahanan, sepuluh makam, enam bangunan dan delapan tapak
bangunan; tiga tapak dermaga, satu parit kuno, 12 sumur/perigi, dan satu
kolam/pemandian.
Nama Pulau Penyengat ini pun juga ada
ceritanya, aku mengetahuinya ketika berkunjung ke Balai Kota Pulau Penyengat.
Dibawah bangunan pangung tersebut, ada sebuah sumur yang hingga saat ini masih
digunakan oleh penduduk desa sebagai sumber air bersih. Salah seorang penduduk
lokal menceritakan asal muasal nama Pulau Penyengat. Dahulu, pulau ini memiliki
peranan yang sangat penting dalam pengembangan kerajaan Melayu. Bahkan, pulau
ini juga dijadikan tempat persinggahan para pelaut. Hal itu dikarenakan, di
pulau ini terdapat banyak sumber mata air tawar. Menurut cerita, nama Penyengat
berasal dari "Sengat" sebab dulu para pelaut yang sedang mengambil
air bersih di pulau tersebut diserang lebah. Makanya, pulau ini diberi nama
Penyengat. Sumurnya masih ada, airnya jernih dan dingin.
Menurut
kalian, Cagar Budaya Indonesia yang ada di seluruh Indonesia pantas di rawat
atau musnah? Tentu saja, pantas di rawat. Bagaimana kontribusi kita sebagai
warga Negara Indonesia dalam merawat warisan nenek moyang atau orang terdahulu?
Sebenarnya sangat mudah, memberikan DONASI. Tidak hanya berupa uang saja, tetapi
juga ketika ada informasi mengenai gotong royong membersihkan sampah di situs
maupun kawasan cagar budaya. Kita harus tergerak hatinya menjadi sukarelawan. Turut
serta menjadi anggota komunitas peduli cagar budaya dilingkungan tempat kamu
tinggal. Beberapa bulan lalu, Kota Tanjungpinang pun memiliki komunitas sadar
budaya melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang.
Paling
penting, ketika mengunjugi Kawasan Cagar Budaya jangan merusak apapun yang ada
di dalamnya. Bahkan melakukan foto ekstrim, seperti menginjak meriam, arca
ataupun sebagainya; Hal itu tidak dibenarkan! Boleh mengambil foto tetapi
sewajarnya saja. Ketika mengunjungi tempat bersejarah, jangan sekedar selfie
atau pernah menjejakan kaki di kawasan, situs bersejarah. Melainkan memahami,
setidaknya sedikit informasi mengenai latar belakang kawasan bersejarah yang
kita kunjungi. Sehingga, kita bisa menceritakan kepada anak-anak, ponakan
ataupun generasi muda lainnya. Sehingga cerita mengenai sejarah dan Cagar
Budaya Indonesia akan terus terdengar. Bukan sebagai fairy tale saja, tetapi juga bentuk maupun puing yang masih tersisa
masih bisa ditelusuri oleh generasi lainnya.
Hal yang paling mudah dalam peran serta di zaman digital ini dengan mempromosikan cagar budaya Indonesia di sosial media kita. Sehingga makin banyak orang yang melihat, mempelajari dan kemudian datang secara langsung. Sehingga cagar budaya Indonesia benar-benar dilestarikan. Menjaga peninggalan terdahulu, berarti menjaga identitas bangsa Indonesia; Indonesia memiliki beragam keunikan baik tradisi, kebudayaan dan latar belakang sejarah disetiap daerah. Menarik untuk dikenal dan ditelusuri. Kontribusi apa yang bisa kalian berikan dalam melestarikan Cagar Budaya Indonesia? Yuk, ikutan memberikan pandangan atau opini kalian terhadap Cagar Budaya Indonesia: Rawat atau Musnah?
Hal yang paling mudah dalam peran serta di zaman digital ini dengan mempromosikan cagar budaya Indonesia di sosial media kita. Sehingga makin banyak orang yang melihat, mempelajari dan kemudian datang secara langsung. Sehingga cagar budaya Indonesia benar-benar dilestarikan. Menjaga peninggalan terdahulu, berarti menjaga identitas bangsa Indonesia; Indonesia memiliki beragam keunikan baik tradisi, kebudayaan dan latar belakang sejarah disetiap daerah. Menarik untuk dikenal dan ditelusuri. Kontribusi apa yang bisa kalian berikan dalam melestarikan Cagar Budaya Indonesia? Yuk, ikutan memberikan pandangan atau opini kalian terhadap Cagar Budaya Indonesia: Rawat atau Musnah?
Tulisan ini
diikut sertakan dalam kompetisi Blog Cagar Budaya Indonesia.
Referensi:
Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang
https://www.brainyquote.com/topics/culture-quotes
YOUTUBE CHANNEL CITRA PANDIANGAN
A people without the knowledge of their past history, origin and culture is like a tree without roots. Marcus Garvey
Fill your day with love and step beauty feet
Fun Time it's you......
Visit my blogs such as betraveler storycitra, kitabahagia, petunjukhidup, ngerumpi
Pada
November 19, 2019
Indonesia sangat kaya akan keragaman cagar budaya. Bangga menjadi Indonesia:)
BalasHapusMenarik sekaliii bund pulau penyengat ini yaaa, kaya akan sejarah.
BalasHapusDan menurut kami, sangat patut dirawat dong, karena itu bagian dari sejarah.
Semoga banyak yang sadar akan hal ini ya, bund
Setiap kita memang kudu concern dgn cagar budaya.
BalasHapusHarus melestarikan, supaya ngga mudah dirusak atau dilupakan begitu aja
Banyak kearifan lokal dari cagar budaya ini ya Mak
Waah padahal dulu saya pernah tinggal di Riau, di pinggiran kota Pekanbaru tapi cuma ke Batam saja untuk pulau sekitarnya. Andaikan sempat ke Pulau Penyengat yang kwasan cagar budaya ya .... semoga nanti bisa ke sana.
BalasHapusJogja dan jawa tengah umumnya itu, surganya cagar budaya ya mba, senang banget rasanya bisa explore di sana.
BalasHapusSambil napak tilas belajar sejarah dan budaya Indonesia.
Senang banget banyak tulisan yang membahas cagar budaya kita, sehingga pengetahuan orang awam semakin bertambah :)
Membaca postingan ini, aku dapat banyak pengetahuan tentang cagar budaya yang masih sedikit kuketahui. Ternyata cagar budaya ada 5 kategori, termasuk cagar budaya benda. Untuk kawasan cagar budaya, yang pernah kukunjungi adalah Borobudur.
BalasHapussudah diduga asal mula pulau penyengat pasti ada kaitannya dengan lebah ternyata benar hehehe..wah sumurnya masih ada ya mba penasaran deh pengen ke sana
BalasHapusbtw setuju untuk cagar budaya sebaiknya dirawat dan tanggung jawab semuanya
Saya tuh kalau lihat bangun bersejarah, kadang-kadang suka membayangkan kehidupan di masa lampau saat bangunan tersebut berjaya. Ada cerita apa di sana? Makanya suka kalau datang ke berbagai cagar budaya
BalasHapuskalau akj rindu permainan masa kecil mbak, sekarmahg jaman teknologi permainannya di gadget semua ya.
BalasHapusBerkunjung ke cagar budaya bagus juga ya sekaligus belajar sejarah
Cagar Budaya salah satu aset yang tetap harus dilestarikan karena mempunyai nilai yang sangat penting bagi generasi berikutnya.
BalasHapusSetuju. Cagar budaya harus dirawat. Gak boleh aneh2 saat visit. Apalagi yg bangunannya udah tua dan blm dipugar. Lbh rentan rusak
BalasHapusWah banyak juga peninggalan sejarah di pulau penyengat ini ya..jadi makin ingin ke sini nih.. TFS mba..
BalasHapusAkhirnya saya tau kenapa dinamakan Pulau Penyengat. Ternyata memang pernah ada yang tersengat lebah ya...
BalasHapusSenangnya, Cagar Budaya di sana masih terawat dengan baik. Semoga tetap lestari ya...
Huaa... belum pernah sama sekali ke Pulau Penyengat padahal dah 3 kali ke Pulau Sumatera. Baru tahu malah kalau peringkat nasional. Masya Allah INDONESIA. Satu cagar budaya aja luasny hampir 100 ha, belum cagar budaya yg lain. Indonesia kaya bgt.
BalasHapusWah lumayan banyak.ya tempat cagar budaya yang sudah mbak kunjungi. Well suka dengan kalimat penutupnya, hal paling mudah yang bisa kita lakukan untuk melestarikan cagar budaya adalah dengan mempromosikannya di media sosial.
BalasHapusPenasaran banget ke Riau, ternyata jejak sejarah perkembangan Islamnya bagus banget ya mbak. Pulau Penyengat ya, baiklah masuk bucket list inih! Penasaran sama masjidnya juga. Cagar budaya kayak begini memang perlu bgt supaya kita bs belajar byk hal sebagai pijakan di masa depan ��
BalasHapusJadi rindu ke pulau penyengat. Ini Napak tilas mba citra lengkap banget ya. Saya kesana baru sampai kemasjidnya saja.
BalasHapusAku ke pulau penyengat tahun 2013 mbaaa..udah lama bangeet yaaa...perlu segera balik lagi niiih
BalasHapusLiat ini jadi mupeng euy pengen banget keliling Indonesia melihat cagar budaya yang ada. Doain aku ya kak.
BalasHapusWah, bersyukur banget deh dengan adanya lomba Cagar Budaya ini. Aku jadi banyak tahu tentang tempat yang baru aku tahu. Banyak ternyata ya. Semoga kita bisa merawatnya. Sayang banget harta negara kalo musnah.
BalasHapusBerbagai cagar budaya tersebar di penjuru negeri ya mba. Di kotaku aja udah ditetapkan banyak kawasan yang masuk kawasan cagar budaya dengan berbagai bangunan lawas yang memiliki fungsi sejarah.
BalasHapusSekarang upaya pemerintah daerah menjaga cagar budaya lumayan efektif ya mbak. Banyak kebijakan yang bagus
BalasHapusRawat cagar budaya doonk...
BalasHapusAku jadi ingat setelah baca tulisan kak Citra kalau cagar budaya ini ada banyak macamnya.
Dan di Bandung, ada banyak lokasi cagar budaya. Namun sayangnya, saat ada pergantian pemimpin, kebijakan pun diberlakukan sehingga wilayah cagar budaya ini menjadi terbarukan dan hilang bentuk bangunan asli yang berada di lokasi tersebut.
Sedih banget dengernya yaa..
pentingnya menjaga, merawat, dan melestarikan cagar budaya indonesia.. seneng kalau udah liburan gak dapat happy nya jalan-jalan, tapi dapet ilmu juga.. thanks sharingnya mbak
BalasHapusHal yang paling nyesal setelah pindah dari batam yaitu gak pernah sekali ke pulau penyengat.. padahal pulau ini bagus banget buat edukasi anak-anak.. semoga bisa kembali ke batam dan nyebrang ke pulau penyengat... Aminn..
BalasHapus