Jejakcantik.com-Ikutilah langkah kaki yang ingin
melangkah. Ikutilah arus, dimana kamu merasakan damai dan ketenangan. Tidak
perlu memikirkan hal yang berat dan hanya mencari kesenangan untuk menikmati
surga dunia yang Tuhan berikan. Persona pemandangan Indonesia di atas kaki
gunung. Sungguh membuat jejak cantik ingin sekali merasakan sensasi berada di
atas “gunung” ketika matahari terbit.
Baca: getting lost in virgin island Sikeling, Indonesia
Aku selalu
mendengar setiap kisah betapa nikmatnya gunung bromo ketika menyaksikan
pemandangan sunrise alias matahari terbit yang memancarkan sinarnya. Benar
salah satu quotes yang mengatakan lebih baik melihat sendiri daripada mendengar
seribu kisah mengenai hal tersebut. Setiap kali merencanakan liburan bareng
teman-teman ke gunung bromo. Selalu saja bernasib gagal. Sehingga aku putuskan
memasukan gunung bromo sebagai list what to do traveling seorang diri.
Meskipun
telah mendengar kisah betapa dinginnya di gunung bromo tetap saja aku tidak
mempersiapkan membawa perlengkapan dengan baik dan benar. Aku hanya membawa
satu jaket murahan. Jaket yang hanya aku gunakan untuk menutupi badan dari
sinar matahari. Serta sepatu ala kadarnya, bukan sepatu bermerek atau
berkualitas bagus. Sepatunya hanya sepatu untuk jalan santai saja. Aku pikir,
perlengkapan ini sudah cukup untuk perjalanan travel seorang diri selama 40
hari.
Gunung Bromo yang Dirindukan
Bahagia itu
sederhana, ketika aku merencanakan liburan ke Bromo seorang diri dan mencari
berbagai informasi serta nelp sana-sini. Akhirnya berhasil juga mendapatkan
informasi yang terkumpul. Aku mencoba memberanikan diri ke gunung Bromo. Usai
menghabiskan sepekan di Yogyakarta, aku segera menuju Probolinggo. Aku sudah
menyusun itinerary yang sempurna. Seharusnya aku sampai Probolinggo itu pukul
03.30 pm. Namun, karena kereta api jadwalnya tidak sesuai dengan ketentuan.
Sehingga,
aku tiba di Probolinggo sekitar pukul 04.30. Aku segera mencari angkutan umum
untuk ke terminal Probolinggo dimana disitu tempat mangkal transportasi yang akan
membawa orang menuju pintu gunung bromo. Aku mendapatkan supir angkot yang
sangat baik. Waktu, aku bilang mau ke terminal. Dia membawaku ke terminal dan
saat mengetahui tujuan aku mau ke Bromo. Dia menurunkan aku bukan di terminal
tetapi di tempat pangkalan elf. Di sepanjang perjalananku seorang diri dan
belum pernah menginjakan probolinggo. Aku sempat was-was, akankah aku
mendapatkan transportasi ke Bromo?
Jam sudah
menunjukan pukul 04.50 pm. Aku semakin kuatir dan begitu turun ke tempat
pangkapan elf. Ada satu bule yang juga sedang menunggu angkot membawanya ke
Bromo. Kita berbicara sebentar mengenai harapan untuk bisa ke Bromo. Soalnya,
kalau penumpang tidak mencapai jumlahnya, elf tidak akan berangkat.
Tidak lama
kemudian, ada salah seorang penumpang yang mau ke bromo juga. Jadilah kami bertiga menanti penumpang lain
yang memiliki tujuan ke Bromo. Namun, apa daya tak seorang pun datang hingga
pukul 06.00 pm. Salah seorang supir elf menghampiri aku dan menyatakan dia
bersedia antar kami ke bromo dengan biaya 600,000 idr. Tawar menawar akhirnya
turunlah harganya. Aku berdisukusi dengan mereka dan mereka pun tidak
mempersoalkan tersebut.
Dalam
perjalanan ke bromo, dimana angkutan kota ini seperti van. Jadinya aku duduk
dibarisan kedua dan yang lainnya duduk dibarisan ketiga dan keempat. Jadi satu
baris, satu orang. Kami pun saling berkenalan. Mereka adalah turis asal German
dan Prancis, masih muda dengan tas backpack yang besar. Berbagi cerita tentang
pertualangannya membuat aku terpesona akan keberanian mereka seorang diri
berpetualang dengan uang seadanya.
Lalu,
saling Tanya sudah pesan penginapan belum? Rupanya mereka sistemnya sama aku.
Tidak pesan penginapan. Mereka juga berpaku pada petunjuk buku yang mengajurkan
menginap di café lava kalau tidak salah ingat, sudah lupa soalnya tahun 2014
lalu seh. Kita Tanya supir angkot, pak supir mengatakan kalau café itu lumayan
jauh dari gerbang gunung bromo. Dia punya kenalan kalau ada penginapan yang
dekat dengan gerbang bromo.
Kami pun
sepakat deh. Disana tersedia dua kamar, satu kamar cuma ada satu kasur dan satu
kamar diatas ada dua kasur king. Saling berdiskusi, akhirnya kami sepakat untuk
kamar diatas. Kami pun menaruh barang dan mencari makan malam dan kemudian
tidur. Sebab, mereka mau hiking kalau aku, aku sudah pesan tukang ojek untuk
mengantarkanku ke beberapa poin hahaha.
Gunung Tanpa Persiapan
Aku pikir
dengan sudah memesan ojek, aku nggak bakalan kesulitan. Tetapi, aku salah!
Dinginnya gunung bromo benar-benar menusuk tubuhku yang sudah menggunakan tiga
kaos dan jaket. Untunglah, aku selalu membawa masker dan yang beruntungnya. Aku
sudah beli sarung tangan waktu melewati Bandung beberapa hari.
Aku hanya
menggunakan beberapa pakaian biasa, sedangkan mereka yang sudah bersiap untuk
hiking. Memakai jaket anti dingin alias jaket yang ada bulunya gitu untuk
menghangatkan. Kemudian, mereka pun berangkat lebih dulu pada pukul 03.00 am.
Aku berniat tidur lagi tetapi tidak bisa. Jadinya aku keluar dan saat membeli
tiket dan kembali. Aku melihat mereka menghampiri aku dan mengatakan bawasanya
“petugas” mencoba “merampok” duit mereka. Lha, aku bingung. Mereka menunjukan
buku panduan mereka yang menyatakan untuk hiking harga tiketnya 30,000 idr.
Begitu aku lihat, buku mereka adalah buku tahun 2005. Tentu saja, harganya
sudah berubah jauh dong.
Namun,
mereka enggan membayar uang tersebut. Untuk turis asing kalau nggak salah untuk
hiking dikenakan tariff 250,000 idr. Bagi mereka itu terlalu mahal, sama harga
dengan naik jeep. Jadi, mereka putusan untuk mencari alternative lain.
Sedangkan aku menunggu bapak ojek yang sudah kupesan. Bagaimanakah perjalananku
untuk melihat sinar mentari di atas gunung? Berhasilkah melihat mentari pagi?
Simak minggu depan ya.
Fill your day with love and step beauty feet
Fun Time it's you......
Visit my blogs such as betraveler storycitra, kitabahagia, petunjukhidup, ngerumpi
Pada
Juli 17, 2018
Mba, dulu pas masih tinggal di Surabaya aku sering ke Bromo, mba. Kaddang ama teman dan kadang bersama kluarga. Tapi persiapan paling utama yang harus aku bawa ya jaket karena dingin banget. Duh jadi kangen ke Bromo lagi. Makasih
BalasHapusKeren, berani banget deh mba solo traveling, tapi emang kayanya lebih enak solo gitu ya
BalasHapusKeren, Mbak. Berani ke gunung sendiri. Walaupun gunung yang terbilang ramai, tetap aja persiapannya harus matang kan, ya.
BalasHapusAku jadi pengen ke Bromo mbaaa.. kebayang pemandangan cantiknya!
BalasHapusDari jaman kapan aku pengin banget ke Bromo tapi belom kesampean. Cantik banget ya Kak
BalasHapusSolo travelingnya juga bikin terpana. Mungkin karena saya termasuk yang gak berani solo traveling
BalasHapusSeru ya Mbk ke Bromo jadi pengen juga ke sana, baca cerpen tentang Bromo aja seru banget apalagi langsung ngelihat ya
BalasHapusHuwaaaa.....beranian euy traveling sendirian gitu.
BalasHapusEh, apa akunya yg penakut ya? :D